Selasa, 29 Juni 2010

Dipole Mode Negatif

Hari ini selasa 29 juni, pagi pagi mendung disusul gerimis. Ini mengingatkan penulis kepada kejadian 12 tahun lalu. Juni pada tahun itu, penulis dan keluarga baru 10 bulanan menghuni rumah perumnas type 36 RSS. Meski demikian, senangnya bukan main, maklum baru punya rumah. Di sela sela mengajar di SMA Negeri Talaga , tergoda hamparan tanah kosong milik perumnas, aku belajar mencangkul. Alhamdulillah lahan garapan sudah mencapai 2400 m2. Saat itu bulan Juni kegiatan mengolah tanah dan menanam singkong (manihot esculenta) berjalan mulus sampai panen. Keanehan pada saat itu baru disadari setahun kemudian. Pasalnya, bulan juni bukan saatnya menanam apapun di perumahan Bumi Cikal Asih karena tanahnya tadah hujan dan air permukaan baru keluar setelah digali ratusan meter. Denan pengetahuan bertani seadanya dao tanpa menghitung musim tanam, berhasil juga memanen singkong sembilan bulan kemudian. Gembira bukan kepalang. Masih digelayuti penasaran, terus mencari tahu mengapa juni - september kok hujan terus. Dari pemberitaan Kompas beberapa saat setelah itu diketahui, bahwa penyebabnya adalah perbedaan tekanan udara di samudra hindia dengan tekanan udara di benua Asia. Penomena ini disebut dipole mode negatif. Melihat dan merasakan gejala dibulan juni tahun ini, jangan jangan peristiwa 12 tahun lalv terulang lagi. Jika boleh menawar kekuasaan Tuhan, maunya sih cuaca dan perjalanan musim berjalan normal. Pasalnya adalah kekawatiran kepada lebah, peternak lebah, petani buah, dan masyarakat konsumen buah2an. Ya, pada dasarnya kekawatiran kepada kehidupan. Tapi kita hanya bisa menawar dan memelihara ekosistem. Kepastiannya aea di tangan Allah, Tuhan yang maha cerdas , maha bijak dan maha maha maha ... Segalanya. r